Peran Keluarga Dalam Membendung Dampak Negatif Globalisasi Bagi Watak Anak | Membuatkan Gunjingan Untuk Bersama

PENDAHULUAN 
 1.1 Latar Belakang
Sekarang ini kita sudah memasuki abad yang sungguh modern. Era yang sarat dengan teknologi yang sungguh mutakhir atau lebih dipahami dengan abad globalisasi. Dalam abad ini kita bisa mengenali tragedi atau pemberitahuan yang terjadi di elemen dunia lain cuma dalam hitungan detik. Dengan abad globalisasi ini jarak , tempat , kondisi geografis , cuaca bukanlah menjadi sebuah hambatan untuk berinteraksi dan mengenali dunia luar. Namun dari sekian banyaknya laba atau dampak positif yang diperoleh terdapat juga sekian banyak kerugian atau dampak negatif yang perlu diwaspadai. Pengaruh positif tidak menjadi permasalahan bagi kita lantaran justru akan memperbesar pengetahuan dan pengetahuan yang lebih luas lagi bagi setiap orang yang menerimanya. Tetapi dampak negatif yang perlu diamati dan diwaspadai. Contohnya , televisi yang sering menghidangkan acara-acara yang pemerannya menggunakan busana yang tidak sopan , tindakan-tindakan yang menyimpang dari nilai-nilai moral menyerupai langkah-langkah kekerasan , penipuan , pembunuhan , pelecehan seksual , perampokan. Terlebih lagi kini tersedia akomodasi internet yang sanggup dengan gampang mendapatkan gambar-gambar maupun adegan yang tanpa sensor.Segi negatif dari pola diatas dikhawatirkan akan memunculkan terjadinya pergantian nilai-nilai moral bangsa Indonesia yang menganut paham ketimuran yang menjunjung tinggi norma-norma , baik itu norma agama , norma sosial , norma kesusilaan , maupun norma hukum.Kita sering menyaksikan langkah-langkah yang tidak bermoral lewat tayangan televisi maupun membaca lewat surat kabar. Tindakan tersebut menyerupai pesta miras , pembunuhan , pelecehan seksual , perampokan , penggunaan narkoba. Gejala-gejala menyerupai ini menampilkan bahwa masih adanya kehabisan dalam penanaman moral anak utamanya di lingkungan keluarga. Walaupun tidak menutup kemungkinan adanya kehabisan penanaman moral dalam lingkungan penduduk dan sekolah. 

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1 Pengertian globalisasi
1.2.2 Pengertian moral dan pendidikan moral
1.2.3 Pengertian keluarga
1.2.4 Fungsi pendidikan keluarga
1.2.5 Peran keluarga dalam membentuk moral anak
1.2.6 Bentuk kiprah keluarga

1.3 Tujuan Penulisan

Melalui goresan pena ini kiranya sanggup menolong keluarga dalam mendidik anak menjadi insan yang bermoral. Selain itu juga memotivasi bagi para pembaca biasanya untuk berbuat baik dan mudah-mudahan memperhatikan generasi bangsa agar moralnya tetap tersadar tanpa menyalahkan globalisasi yang kini ini kedatangannya sukar sekali dikelola dan diawasi.
 BAB IIPEMBAHASAN 

 2.1 GlobalisasiPengertian

Globalisasi secara terminologis ; globalisasi dibelah menjadi dua kata yakni : global dan isasi. Global merupakan menyeluruh atau universalitas , sedangkan isasi merupakan proses menuju universalitas itu. Kalau dipadukan 2 kata tadi , antara global dan isasi , maka kemudian membentuk definisi , yakni : “Globalisasi merupakan sebuah cara secara sistematis untuk menyebabkan dunia ini tanpa ada batas , semua meliputi dalam abad kebebasan”. Dari pemahaman diatas sanggup diartikan bahwa dunia ini seolah olah tidak ada pemisahnya , sudah jadi satu dan datar ,sehingga tidak ada satupun bangsa maupun negara yang sanggup menghindarinya. Dalam situasi yang seperti ini maka moral , nilai , dan norma tingkah laris perlu mendapat kaji ulang , sehingga tetap menjadi pedoman atau pegangan setiap orang atau bangsa dan negara.

2.2 Moral dan Pendidikan

MoralDalam kamus besar bahasa Indonesia (2002:754) kata “moral” mempunyai arti baik jelek yang diterima lazim perihal perbuatan , perilaku , keharusan , watak , kebijaksanaan pekerti , susila. Dari pemahaman moral tersebut di atas , sanggup dimengerti bahwa moral memegang peranan penting dalam kehidupan insan yang bermitra baik atau buruknya tingkah laku. Tingkah laris ini mendasarkan diri pada norma-norma yang berlaku dalam penduduk .Seseorang dibilang bermoral apabila orang tersebut berperilaku laris sesuai dengan norma-norma yang ada dalam penduduk dan dibilang tidak bermoral apabila berperilaku laris tidak cocok dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.Untuk merealisasikan insan yang bermoral sanggup ditempuh lewat pendidikan moral yang dilaksanakan di lingkungan keluarga , sekolah dan masyarakat. Lewat pendidikan moral inilah diharapkan pada diri seseorang mempunyai kesadaran moral yang merupakan faktor penting dalam kehidupan insan , sehingga memungkinkan insan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku. 

2.3 Keluarga

Menurut William A Hoviland , 1985 (dalam Taryati , dkk , 1995 : 32) yang dimaksud “keluarga merupakan sebuah kalangan yang terdiri atas seorang perempuan , anak-anaknya yang masih tergantung padanya dan setidaknya seorang lelaki sampaumur yang terikat oleh perkawinan atau kekerabatan darah”. Keluarga selaku sebuah metode jaringan sosial , kelangsungannya sungguh tergantung pada kesiapan masing-masing individu dalam menyanggupi fungsi dan peranannya sesuai dengan statusnya dalam keluarga. Oleh lantaran itu setiap keluarga menyelenggarakan pendidikan sedini mungkin pada anak-anaknya sebagi generasi penerus.Lingkungan pertama yang bermitra dengan anak merupakan orang tua. Melalui orang renta anak mengikuti kondisi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya. Oleh lantaran itu orang renta merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak. Menurut Hildred Geertz , 1993 (dalam Taryati ,dkk , 1995 :
1) ”melalui keluarga anak belajar perihal nilai , kiprah sosial , norma , serta budbahasa istiadat yang ditanamkam orang tuanya”. Dengan kata lain orang renta merupakan pengatur norma-norma penduduk terhadap anaknya. Dengan demikian keluarga selaku sebuah unit kesatuan sosial terkecil , merupakan wadah yang paling sempurna dan efektif untuk menanamkan dan membina nilai-nilai moral , lantaran didalam lingkungan keluargalah kekerabatan emosional terjalin dengan bersahabat dan intensif , sehingga mengembangkan berlangsungnya proses pendidikan secara preventif. Melalui proses pendidikan di lingkungan keluraga , bawah umur disiapkan dan dilatih untuk menyanggupi fungsi dan peranannya masing-masing , serta disiapkan untuk memasuki lingkungan yang lebih luas , yakni lingkungan masyarakat. Dengan demikian setiap anggota keluarga mesti belajar mengerti dan menghayati nilai-nilai norma sosial dan persepsi yang berlaku dalam penduduk selaku pedoman dalam hidup selanjutnya.Menurut Suwarno (1982:66) keluarga merupakan forum pendidikan tertua , bersifat informal , yang pertama dan utama dialami oleh anak , dan yang bersifat kodrat.1.Lembaga pendidikan tertuaDalam sejarah pertumbuhan pendidikan diterangkan bahwa keluarga merupakan forum pendidikan yang paling tua. Dapat dibilang bahwa lahirnya keluarga selaku forum pendidikan sejak adanya insan dimana orang renta yakni ayah serta ibu sebagi pendidiknya dan anak selaku terdidiknya.
2.Lembaga pendidikan informal Di dalam keluarga pendidikan dijalankan secara informal yakni pendidikan yang tidak mempunyai bentuk aktivitas yang terang dan yang resmi , misalnya bila kita amati pendidikan yang berjalan didalam keluarga maka tidak ditemui adanya kurikulum dan jam mata pelajaran yang tertentu dan jelas.
3.Lembaga pendidikan pertama dan utamaDi dalam keluarga anak pertama kalinya mendapatkan pendidikan dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga merupakan pendidikan yang paling penting atau utama terhadap pertumbuhan pribadi anak. Pola kehidupan didalam keluarga memberi corak pola kepribadian anak yang hidup didalam keluarga tadi.
 4.Bersifat kodratKeluarga merupakan forum pendidikan bersifat kodrat lantaran terdapatnya kekerabatan darah antara pendidik dan anak didiknya. Karena sifat ini maka wewenang pendidik dalam keluarga juga bersifat kodrat , dan wewenang yang masuk akal ini tidak sanggup diusik gugat , kecuali bila keluarga tersebut tidak dapat melaksanakan tugasnya tadi. Karena ikatan yang bersifat kodrat ini pula maka terdapat kekerabatan yang erat antara pendidik dan anak didik.Dalam sebuah rumah tangga kedudukan dan keharusan antara suami dengan istri tidaklah sama. Suami merupakan pelindung bagi istri dan anak-anaknya , sedangkan istri merupakan sentra kedamaian dan tempat berbincang bagi suami. Kewajiban moral sang istri pasti berlainan deng keharusan moral seorang suami. Di dalam keluarga , anak atau anggotanya sanggup saling memberi dan mendapatkan banyak sekali pengetahuan dan saling mengingatkan untuk menyingkir dari perbuatan atau tingkah laris yang tidak diharapkan. Ketaatan anak terhadap norma-norma keluarga khususnya merupakan salah satu bentuk manifestasi rasa hormat dan rasa takut terhadap orang tua.

2.4 Fungsi Pendidikan Keluarga

1.Pengalaman pertama masa kanak-kanakLembaga pendidikan keluarga memberi pengalaman pertama yang merupakan faktor penting dalam pertumbuhan pribadi anak. Pengalaman masa kanak-kanak yang menyakitkan meskipun sudah jauh terpendam dimasa silam , namun sanggup mengusik keseimbangan jiwa didalam pertumbuhan individu selanjutnya.
2.Menjamin kehidupan emosionil anakMelaui pendidikan keluarga ini kehiduapan emosionil atau keperluan akan kasih sayang sanggup dipenuhi atau sanggup meningkat dengan baik , hal ini disebabkan lantaran adanya kekerabatan darah antara pendidik dan anak didik. Kehidupan emosionil merupakan salah satu faktor yang paling penting dalam membentuk pribadi seseorang.
3.Memberikan dasar pendidikan sosialKehidupan keluarga yang sarat rasa tolong menolong atau gotong royong secara kekeluargaan akan memupuk berkembangnya benih-benih kesadaran sosial pada anak. Misalnya menolong kerabat yang sakit , gotong royong mempertahankan ketertiban , kedamaian , kebersihan , dan sebagainya.
 4.Menanamkan dasar pendidikan moral Walaupun keluarga menampilkan seluruh faktor pertumbuhan pribadi anak , namun didalam keluargalah utamanya tertanam dasar-dasar pendidikan moral , dimana pendidikan moral ini utamanya tidak diberikan dengan penerangan atau ceramah namun lewat contoh-contoh yang konkrit dalam perbuatan hidup sehari-hari.
5.Keluarga juga merupakan forum pendidikan penting untuk menaruh dasar pendidikan agama bagi anak-anak.

2.5 Peran Keluarga Dalam Membentuk Moral Anak

Keluarga merupakan yang paling penting dalam dunia ini lantaran keluargalah yang menampilkan kemakmuran emosional serta titik keseimbangan dalam orientasi sosial. Mereka memberi tutorial moral , membantunya dari masa kanak-kanak sampi usia tua. Saudara-saudara terdekat juga saling tegur sapa dari hari ke hari , baik yang terucapkan maupun yang tak terucapkan , menjaganya mudah-mudahan jangan hingga terlalu jauh meninggalkan rel norma-norma yang ada di masyarakat.Dalam pembinaan di lingkungan keluarga , orang renta sangatlah memegang peranan penting. Memang keharusan utama orang renta merupakan untuk mempertahankan mudah-mudahan anak-anaknya menjadi orang yang terhormat dalam masyarakat. Untuk itu bawah umur mesti dilatih bertahap untuk mengikuti aturan , mudah-mudahan sanggup berlaku dengan selayaknya dan menguasai diri sendiri dengan menjalankan aturan-aturan kehidupan. Selain itu orang renta juga merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak , lantaran lewat orang renta anak mengikuti kondisi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia. Pembinaan-pembinaan yang sanggup dialakukan oleh orang renta dalam membentuk moral anak meliputi pembinaan nilai keaagamaan , pembinaan tata krama , pembinaan ketaatan pada orang renta , pembinaan disiplin dan tanggung jawab.

 1.Pembinaan nilai keagamaanDalam fatwa agama , moral menduduki tempat yang sungguh penting bahkan yang paling penting , lantaran di dalamnya terkandung kejujuran , kebenaran , keadilan , dan pengabdian. Setiap insan yang beragama diharapkan sanggup berperilaku laris yang cocok dengan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat.Moral sungguh penting bagi setiap orang dan tiap bangsa bahkan ada penyair yang menyatakan bahwa ukuran sebuah bangsa merupakan moralnya. Jika masyarakatnya tidak bermoral maka bangsa itu tidak berarti. Kalau moral sudah rusak ketenteraman dan kehormatan bangsa akan hilang.Kita pasti tidak sanggup menyampaikan apakah anak yang gres lahir bermoral atau tidak , lantaran moral itu berkembang dan meningkat dari pengalaman-pengalaman yang dilalui oleh seorang anak sejak lahir. Pembinaan moral bekerjsama terjadi lewat banyak sekali pengalaman serta kebiasan yang ditanamkan sejak kecil oleh orang tuanya. Moralitas itu tidak sanggup terjadi cuma lewat pemahaman tanpa latihan , penyesuaian dan contoh-contoh yang diperoleh sejak kecil.Orang renta dalam melaksanakan pembinaan agama terhadap anak mesti dijalankan setiap dikala dan setiap ada kesempatan. Bentuk bentuk pembinaan agama pada anak sanggup dijalankan dengan cara-cara :
a.Membelikan buku agama
b.Menunggu anak belajar ayat Al-Qur’an
c.Mengontrol shalat anak
d.Mendorong anak untuk mengaji
e.Membaca ayat suci dan menandakan artinya
f.Mengajak anak shalat bersama
g.Menyediakan waktu tertentu untuk menampilkan ceramah pada anak-anaknyaBila dalam pembinaan agama terjadi pembangkangan atau tidak menurut orang renta , maka orang renta mesti melaksanakan langkah-langkah halus yakni dengan jalan memberi pemahaman , pengarahan secara terus menerus , baik berupa nasihat maupun pola dari kehidupan.

2.Pembinaan tata kramaTata krama atau sopan santun merupakan sebuah tata cara atau aturan yang turun temurun yang sudah meningkat dalam sebuah budaya penduduk , yang berkhasiat dalam bergaul dengan orang lain mudah-mudahan terjalin kekerabatan yang bersahabat , saling pemahaman hormat menghormati menurut budbahasa yang sudah ditentukan.Pada pokoknya orang renta diwajibkan mengajarkan tata krama atau sopan santun terhadap anak. Ada yang beropini bahwa baik buruknya tingkah laris anak , merupakan cermin tingkah laris orang renta sendiri. Karena pada balasannya orang tualah yang aib kalau anak bersikap berangasan , berperilaku laris , dan berbahasa yang tidak beraturan , canggung dan tidak sanggup menenggang rasa perasaan orang lain.Bagi anak tidak ada tunjangan yang lebih baik dari orang tuanya , kecuali dengan tunjangan pendidikan yang bagus menanamkan kebijaksanaan pekerti yang luhur , juga tutorial untuk belajar dan mengucapkan kata-kata yang baik.Sesungguhnya faktor yang paling penting dalam menanamkan tata krama dan membentuk tingkah laris pada anak merupakan memberi pola pribadi dalam perilaku orang renta sehari-hari. Dengan menyaksikan bagaimana perilaku orang renta bergaul , cara bersikap , bertutur kata , dan berbahasa maka anak akan condong bersikap menyerupai itu pula.Sudah barang pasti selaku insan , orang renta akan melaksanakan kesalahan dalam memberi pola yang salah tanpa disengaja. Karena itu ayah maupun ibu perlu pula sering mengingatkan dan mempertimbangkan pola terbaik bagi anak. Memang sebelum menginginkan sopan santun pada anak , pertama-tama orang renta perlu memperbaiki perilaku mereka sendiri. Berhasil tidaknya pembinaan tata krama orang renta terhadap anaknya tergantung pada pola yang diberikan orang tua. Dengan demikian sopan santun ini sanggup berhasil denagn baik , apabila kekerabatan anak dengan orang renta baik , bersahabat , kasih sayang , secara terus menerus , sehingga apa yang diharapkan orang renta dengan bahagia hati anak akan melaksanakannya.Pembinanan tata krama atau sopan santun ini diberikan pada anak setiap peluang atau pada waktu luang , waktu santai , dimana sanggup berkumpul bersama.

3.Pembinaan ketaatan anak terhadap orang tuaKetaatan merupakan sebuah perilaku kepatuhan atau kesetiaan terhadap sebuah hal. Ketaatan ini berasal dari kata taat yang mempunyai arti patuh , menurut atau setia. Dalam keluarga ketaatan merupakan sebuah perilaku yang diharapkan oleh orang renta dari anak-anaknya. Orang renta menginginkan mudah-mudahan anak-anaknya menurut segala aturan yang dibentuk , yang menurutnya baik , sehingga setelah sampaumur nanti diharapkan menjadi oarang yang dicita-citakan. Semua orang renta bercita-cita mudah-mudahan anaknya dikemudian hari menjadi orang yang baik. Untuk meraih impian tersebut orang renta mencari cara untuk mendidik anak-anaknya , lantaran ternyata kegagalan orang renta dalam mendidik anak sanggup berakibat meluas. Pendidikan anak yang tidak berhasil tidak cuma besar lengan berkuasa pada diri anak saja namun juga nama harum keluarga.Cara menampilkan pembinaan ketaatan anak terhadap orang renta antara lain dalam menampilkan perintah disampaikan dengan halus atau lembut dengan dibarengi klarifikasi dan pemahaman akan pentingnya menjalankan perintah tersebut. Jika perlu anak diberi rangsangan utamanya bagi anak kecil. Rangsangan itu sanggup berupa kado atau sesuatu yang dimintanya.Nasehat atau pembinaan dalam hal ketaatan ini diberikan setiap dikala , utamanya pada waktu luang atau waktu senggang.

4.Pembinaan disiplin dan tanggung jawab

1.Pembinaan disiplinDisiplin selaku sebuah latihan bathin dan watak dengan maksud agar segala perbuatannya senantiasa menaati aturan. Dalam upaya mendapatkan perilaku disiplin ini insan mesti mendapatkan pembinaan dan training sejak dini , yakni sejak masa kanak-kanak mudah-mudahan kelak setelah sampaumur menjadi insan yang sudah sudah biasa hidup berdisiplin. Pembinaan dan training disiplin tersebut perlu diperkenalkan sejak insan mengenal lingkungan penduduk terkecil yakni lingkungan keluarga , dengan tutorial orang renta dan anggota keluarga lainnya.Dalam penanaman rasa disiplin tersebut , orang renta mesti menampilkan tutorial yang berupa patokan-patokan , norma-norma , atau aturan-aturan tertentu pada anaknya , mudah-mudahan mereka sanggup berperilaku laris yang cocok dengan kehendak keluarganya.Pembinaan disiplin terhadap anak-anaknya dijalankan dengan cara lemah lembut dan sarat kasih sayang. Sedangkan caranya mula-mula anak diberi pola kemudian disuruh melaksanakan kemudian ditugasi dan senantiasa dalam pengawasan.

2.Pembinaan tanggung jawabTanggung jawab mempunyai arti kondisi wajib menanggung segala sesuatunya , kalau ada sesuatu hal boleh dituntut , dipersalahkan , diperkarakan. Pembinaan tanggung jawab itu sungguh diharapkan untuk diberikan pada anak. Hal ini untuk melatih dan membiasakan anak mudah-mudahan kelak setelah sampaumur mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi. Adapun perlunya memberi pembinaan tanggung jawab terhadap anak mudah-mudahan kelak anak menjadi insan yang sarat tanggung jawab , berani bertindak tegas , berani menanggung resiko dari tindakannya.Pembinaan tanggung jawab ini mesti sudah diberikan terhadap anak sejak kecil. Pembinaan dan training diberikan dengan jalur penyesuaian , yakni anak senantiasa dilatih untuk dibiasakan bersikap jujur dan berani menanggung akhir dari perbuatannya yang sudah dilakukan. Misalnya pada waktu anak bermain , anak melaksanakan kesalahan , untuk melatih dan menumbuhkan rasa tanggung jawab , maka anak disuruh untuk mengakui kesalahan itu , disamping itu anak disuruh memperbaiki kesalahan yang dilakukan. Apabila ternyata ia tidak mau atau tidak dapat melakukannya mempunyai arti ia mesti mau mendapatkan eksekusi yan diberikan lantaran perbuatannya tadi.Cara yang digunakan dalam membina dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam diri anak merupakan dengan menampilkan usulan dan tutorial pada anak dengan dibarengi pengawasan dan pengontrolan , serta diberi pola yang nyata.Wewenang yang dimiliki oleh orang renta dalam mendidik anaknya tidak sanggup diusik gugat , lantaran anak merupakan hak orang tuanya. Tetapi lantaran sebuah alasan-alasan tertentu hak mendidik oramg renta ini sanggup dicabut misalnya : antara lain lantaran orang renta menjadi gila.Menurut Suwarno (1982:90) beberapa hal yang perlu diamati untuk suksesnya pekerjaan mendidik yang dijalankan orang renta antara lain :

1.Harus disingkirkan kekerabatan orang renta yang sanggup merugikan pertumbuhan anak , misalnya : orang renta yang senantiasa adu mulut , broken home , dan lain-lain.

2.Walaupun secara instinktif orang renta mempunyai kesanggupan dalam mendidik anaknya namun hal ini perlu dikembangkan dengan memperbesar pengetahuan dan ketrampilan.

3.Walaupun secara instinktif , orang renta mempunyai attitude yang positif terhadap anak-anaknya , menurut perilaku tersebut orang renta dilarang bertindak keliru misalnya :
1.terlalu lemah
2.terlalu keras
3.memanjakan
4.memandang bahwa perilaku positif sudah cukup dijalankan cuma dengan menampilkan peralatan material sebanyak-banyaknya4.Walaupun orang renta sibuk dengan pekerjaanya namun mesti ditawarkan waktu yang cukup untuk berjumpa dengan anak-anaknya untuk bikin suasan ramah tamah , kekeluargaan yang sarat dengan rasa kasih sayang , sehingga kehidupan emosionil anak meningkat dengan baik.

 BAB IIIPENUTUP 

 Keluarga merupakan tempat yang efektif untuk menanamkan dan membina moral anak , lantaran dalam keluarga anak belajar nilai budaya , kiprah sosial , norma , dan budbahasa istiadat dari orang tuanya dalam proses sosialisasi. Setiap keluarga pasti melaksanakan pendidikan terhadap anaknya , dengan maksud menanamkan perilaku dan ketrampilan mudah-mudahan anak nanti bisa memainkan kiprah sesuai kedudukan sosialnya dalam masyarakat. Artinya sanggup berlaku selayaknya dan sanggup menguasai diri dengan menjalankan aturan aturan kehidupan. Seperti yang dibilang Hildred Geertz , 1993 ( dalam Trayati ,dkk , 1995 : 126 ) bahwa orang renta merupakan pengatur norma-norma penduduk terhadap anak-anaknya dan orang renta merupakan dasar pertama bagi pembentukan pribadi anak.Karena lewat orang renta anak mengikuti kondisi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya. Akhir-akhir ini di beberapa tempat sering terjadi tindakan-tindakan yang tidak bermoral. Salah satu faktor penyebabnya merupakan masih ada kehabisan pendidikan moral di lingkungan keluarga , lantaran banyak sekali alasan. Misalnya orang renta yang senantiasa sibuk mencari nafkah , mengikuti aktivitas suami , urusan bisnis dan sebagainya.Pada hal kita semua tahu bahwa keluarga merupakan lingkungan anak yang pertama dan utama , sehingga peranan orang renta dalam mendidik anak merupakan sungguh penting , lantaran akan besar lengan berkuasa pada kehidupan anak selanjutnya.Pembinaan yang sanggup dijalankan oleh orang renta dalam membentuk moral anak yang bagus yakni lewat pembinaan nilai keagamaan , tata krama , ketaatan pada orang renta , dan disiplin serta tanggung jawab.

Tidak ada komentar untuk "Peran Keluarga Dalam Membendung Dampak Negatif Globalisasi Bagi Watak Anak | Membuatkan Gunjingan Untuk Bersama"